Kamis, 23 Desember 2010

Kesadaran Diri Kunci Cegah Seks Bebas

Seks bebas dianggap sebagai gaya hidup atau bagian dari pergaulan merupakan pemicu tingginya seks bebas di kalangan remaja. Berikut catatan dari dialog remaja “50 Persen Remaja Lakukan Seks Bebas, Tanggungjawab Siapa?” yang digelar di Aula SMK 2 Palu, Rabu (22/12).

Laporan: Andi Indra

Perilaku seks bebas sangat beresiko, bahkan merusak moral sebagai manusia beragama. Demikian Kushindarwito, Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Sulteng memulai materi.

Menurut dia, remaja saat ini diwarnai sejumlah fenomena antara lain usia pubertas rata-rata remaja yang lebih dini, kurang memadainya pengetahuan tentang proses kesehatan reproduksi, miskinnya pelayanan dan bimbingan kesehatan reproduksi, serta tingginya pengaruh budaya barat melalui berbagai media massa seperti kaset VCD porno.

Bagi wanita, seks bebas menyebabkan ketidakteraturan proses menstruasi dan kehamilan tak diinginkan (KTD). Bahkan seks bebas bisa menyebabkan Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, tak pilih lelaki maupun wanita.

“Kehamilan yang tidak direncanakan walaupun dirasakan langsung oleh perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggung jawab,” ujarnya.
Jika sudah mengalami KTD, hanya dua hal yang bisa dilakukan, mempertahankan kehamilan atau mengakhirinya melalui aborsi.

Pemimpin Redaksi Harian Mercusuar Andono Wibisono, mengatakan survei Lembaga Pengabdian Masyarakat Untad pada Agustus 2010 menyebutkan empat dari 10 remaja Palu telah melakukan hubungan seksual. Pada satu kasus, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulteng menemukan anak seragam SMP yang sementara ‘jajan’ di kawasan lokalisasi Tondo Kiri.

Pada kasus tersebut, WTSnya kaget karena kemaluan si remaja berdarah. Bahkan, Mercusuar pernah memberitakan adanya anak SMP yang melakukan tindakan aborsi.

Untuk mencegah terjadinya peningkatan perilaku seks terhadap remaja, diperlukan kesadaran, baik terhadap diri sendiri, para pendidik, orangtua, ulama, pengelola televisi, media massa dan tentunya pemerintah.

“Yang paling penting adalah memunculkan kesadaran diri terhadap anak agar bisa menghindari perilaku seks bebas dengan memberikan muatan-muatan tentang bahaya seks bebas,” tuturnya. Hadir dalam dialog itu, pemerhati kesehatan Mashudin MKes.***

1 komentar:

  1. mari kita bangun komunitas bloger anak palu . bro di tunggu kunjungan baliknya.. follow my blog..

    BalasHapus