Senin, 08 Maret 2010

Gara Gara Dianiaya Majikannya

TKW Asal Palu Lompat Dari Apartemen Lantai 5

Andi Indra (8/3/2010) Palu - Susanti (24), warga Jalan Sungai Manonda 30, Kelurahan Duyu, Kecamatan Palu Barat yang menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Yordania nekad melompat dari lantai 5, karena tak kuasa menahan penganiayaan majikannya. Akibat kejadian tersebut, tulang paha janda tanpa anak itu
patah. Untung saja, majikan laki-lakinya mau mengobatinya di rumah sakit Al Basyir Yordania dan mengizinkannya kembali ke tanah air.

Susanti yang akrab disapa Santi ini menceritakan, di Yordania, pasangan Basem Moh Jabber dan Dana Obaidat mempekerjakannya sebagai pembantu rumah tangga. Selama 1,1 tahun, ia mengabdi pada majikannya itu, dengan upah 100 dinar atau setara dengan Rp800 ribu per bulan. Segala urusan rumah tangga, mulai dari mencuci, menyapu hingga menyiapkan makanan dilakoninya, ujrnya nya, ketika ditemui di kediamannya kemarin (8/3).

Sejak Desember 2008, Santi meninggalkan keluarganya di Duyu. Selama dua bulan, ia diberi pendidikan TKW di sebuah lembaga pengiriman TKW di Jakarta. Februari 2009, Santi diterbangkan ke Yordania. Sesampainya di penampungan TKW di Yordania, Basem Moh Jabber dan Dana Obaidat mengambilnya sebagai pembantu.

Awalnya, cerita Santi, majikan laki-laki dan majikan perempuannya sangat baik. Mereka mempercayakan Santi untuk mengurusi segala persoalan di dalam apartemen majikan tersebut. Kedua majikannya pun terbantu, karena mereka sibuk dengan urusan pengobatan (Majikan laki-laki seorang dokter dan majikan perempuan menjaga apotek).

Namun, petaka menghampiri Santi sebulan terakhir. Dana Obaidat, sang majikan perempuan sudah tak suka lagi dengannya. Tanpa alasan, majikan perempuannya menganiaya, mulai dari menelanjangi, memukul serta segala bentuk penganiayaan lainnya. Bahkan alat komunikasi Santi untuk menghubungi keluarganya di Palu dihancurkan. Berbeda dengan majikan laki-lakinya. Santi dianggap sebagai anak, karena sang majikan tak memiliki anak perempuan. Mereka hanya memiliki empat anak laki-laki.

Hanya saja, majikan laki-lakinya takut sama istrinya, sehingga hal-hal yang dilakukan Dana Obaidat terhadap Santi tidak mendapat respon. Majikan laki-laki hanya memberitahukan istrinya bahwa menyiksa pembantu adalah dosa, namun ia tidak berani melakukan apapun untuk mencegah istrinya melakukan penganiayaan itu.

Tak kuasa disiksa, Santi mulai susun rencana. Ia kemudian menyambung kain seprey untuk dijadikan tali. Ia berusaha kabur dan mengadukan perbuatan majikan istrinya kepada konsulat maupun agen TKW di Yordania.

Sayang, tali seprey yang digunakan untuk melarikan diri putus. Santi pun terjatuh dan pingsan. Ia baru sadar ketika sudah berada di Rumah Sakit Al Basyir Yordania dengan jarum infus di tangannya.

“Tulang paha saya patah dan harus di pasang pen (besi) dan dijahit sebanyak 24 jahitan. Di rumah sakit itu, saya dirawat selama 20 hari,” kata Santi sambil memperlihatkan jahitan operasi di pahanya.

Dia menambahkan, pihaknya berkeras untuk dikembalikan ke Palu. Akhirnya, majikannya mengabulkan permintaan itu. Hanya saja, Santi tidak diberi uang pesangon, karena majikannya mengaku kehabisan uang untuk membayar rumah sakit dan operasi pahanya.
“Saya tidak dikasih pesangon, karena majikan saya mengaku sudah tidak punya uang. Memang segala biaya rumah sakit ditanggung majikan. Gaji saya cuma dibayar tujuh bulan saja,” tuturnya.

Beruntung, pihaknya tidak dibebankan biaya pesawat, karena semua biaya perjalanan ditanggung asuransi.

“Konsulat Indonesia di Yordania maupun agen TKW tidak tahu kasus ini. Saya bisa kembali ke Palu karena asuransi,” katanya sembari mengaku tiba di Palu tanggal 3 Maret silam.

Ditanya apakah dia memiliki kedekatan dengan majikan laki-lakinya sehingga membuat majikan perempuannya cemburu dan mengambil tindakan kasar, Santi mengelaknya. Ia mengaku tak memiliki kedekatan apapun dengan majikan laki-lakinya maupun dengan anak-anak majikannya.

“Saya bekerja apa adanya, dan saya tidak dekat dengan majikan laki-laki saya,” urainya.

Sementara itu, ibu kandung Santi, Sufatmi mengatakan, luka patah tulang anak sulungnya belum sembuh benar. Bahkan bila malam hari, Santi kerap menjerit-jerit karena tak kuasa menahan sakit. Santi juga harus memakai tongkat untuk membantunya melangkah.

Soal obat dari Rumah Sakit Yordania, katanya, sudah habis. Santi hanya meminum obat seadanya. Untuk membeli obat atau memeriksakan kaki anaknya di rumah sakit, Sufatmi mengaku belum melakukannya, karena terkendala biaya

“Suami saya hanya buruh bangunan sementara saya hanya pembantu rumah tangga. Untuk membiayai anak saya ke rumah sakit, saya tidak mampu,” tuturnya memelas.
Dia berharap pemerintah Sulteng mau memberi keringanan, agar kaki anaknya bisa disembuhkan.

Kondisi yang dialami TKW Susanti asal Duyu, ternyata mengundang keprihatinan. Salah satunya adalah kandidat calon Walikota Hj Habsa Yanti Ponulele, ST, M.Si. Kepada Mercusuar tadi malam, Habsa Yanti mengaku sangat prihatin terhadap nasib Susanti. ‘’Pada prinsipnya saya sangat prihatin dan meminta korban dan keluarga untuk bersabar,’’ujarnya singkat.

Dia juga mengatakan agar pemerintah kota Palu maupun pemerintah daerah (pemprov) Sulteng untuk memperhatikan para TKW yang bekerja diluar negeri. ‘’Pemerintah harus memperhatikan nasib para TKW, karena mereka adalah pahlawan devisa,’’katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar